Puisi Karya Asatidz : REMBULAN DIBALIK KERINDUAN
Dengan nama Allah ku menulis Risalah
Atas kemuliaan Muhammad Kekasih Allah
Buat santriku wahai para pejuang ilmu dan persahabatan
Kalian yang tulus tanpa mengharapkan uang dan kepentingan
Menistakan penghargaan
Mengenyampingkan kemuliaan dan keharuman
Mendahulukan husnudzon
Meyakini kemuliaan martabat setiap insan
Bahwa semua berfitrah sama
Mulia hanya takwa
Ikhlas untuk Allah semata
Tanpa batas kata 'Tapi' atau 'Cuma'
Wahai persahabatan pejuang kecilku..
Wahai harapan Nabiku
Wahai tentara Rabbku
Generasi emas menuju kemulyaan
Izinkan aku menuliskan ucapan hati kecil
Untuk santri kecilku
Seolah kalian tak pernah melihatnya dariku
Tapi telah kucoba untuk menyiramnya agar tumbuh dan berbunga
Indah sejuk dimata nan mulia
Tiada mengapa orang berbilang
Bila ada sesiapa tahu
Kalau hamba-Mu punya
Rasa, Suka dan duka karena-Nya
Ketika terkadang hati resah gelisah
Pula ada gembira tak terkira
Seperti serasa tinggal di surga
Tapi ,… kali ini memang berbeda
Beda dari seribu satu kalbu berkata
Ada sejuta rasa
Seribu satu suka
Seratus juta kecewa
Yang terselip diantara reling-reling gelisah
Susah yang hampir mampir di setiap langkah
Sedih hati ini
Ketar ketir
Pahit manis
Hilang tenggelam
Serasa harap tinggal impian ‘n kenangan
Ketika ……..
Untaian kata indah itu "santriku..."
Kala bercanda bersama tiga teman akrabmu
Menjelma menjadi dengki bak bangkai tanpa suci
Namun tak semua itu jadi kesalahan
Harapan kecintaan bak air mata berlinang
Persahabatan, canda, silaturrahim telah menjadi impian
Mata Qur'ani ini
Seolah bagai serigala mengintai mangsa
Gunjingan dan sangkaan jadi indah di telinga
Ungkapan kebaikan jadi kertas koran
Tiada lagi senyum sejuk seperti dulu
Sapaan manis, senyum keikhlasan dan salam kerinduan
Detak jiwa karena mengharap ridha-Mu
Adakah duniamu sempit bagi persahabatan dan persaudaraan...?!
Sehingga hidayah dan nasehat itu tidak muat untuk kembali lagi
Mengapa wajah-wajah kusut dan suram jadi sarapan pagi
Lisan, tulisan menjadi pisau tajam mencabik-cabik hati
Kala itu…
Semasa kalian santriku berselisih
Tahajud tiada lagi memiliki makna hakiki
Dzikir pagi petang tertinggal di ujung gigi
Membaca Qur'an-Mu ibarat ilusi basi
Tiada pernah sampai ke relung hati
Kebaikan terbalas jeruji besi bara api……?!
Kalbu-kalbu mengeras mengalahkan batu,
Telinga-telinga tuli membeku
Persahabatan, persaudaraan menjadi kaku
Tiada tegur mulut diam membisu
Memberi maafpun tidak mampu
Hanya Allah-lah yang lebih tahu
Dari semua kalbu dan perilaku
Allahumma... ... ...
Sungguh tak tahan hati ini
Merindukan Persahabatan untuk santriku
Bersatu tulus hanya karena-Mu
Tanpa ada kata "tapi",
Tanpa kata sebutan "kecuali"
Tanpa ungkapan "laisaminni"
Sebongkah Persahabatan dan persaudaraan sejati
Terikat sinar dalam hati
Ya Allah kuatkanlah hati ini
Hambamu dari pucuk samudera
Di seberang pedesaan suasana ilmu syar’i
Demi meniti jalan Qur’ani Sunni
Menjadi muslim sejati idaman hati
Meski jarak kalian ibarat timur dan barat
Tak menjadi halangan
Meraih kemenangan dalam doa dan harapan
Idaman keikhlasan, keimanan, ketakwan sebagai penentu Persaudaraan
Wahai santri…
Ikatkanlah….
Kuatkanlah kembali
Persahabatan, persaudaraan yang telah teruji
Menuju ridha Illahi Rabbi
( coretan ini ana persembahkan kepada santri2 kecilku yang dikala mereka bersama mengalami kerenggangan dalam persahabatan )
Repost dari https://www.facebook.com/photo.php?fbid=623418224357991&set=o.464801363565508&type=1&relevant_count=1
0 komentar:
Posting Komentar